Terimakasih luka yang engkau titipkan Tuhan, kalau bukan karena luka barangkali aku tidak tau bagaimana sejatinya memaafkan.
Ternyata selama ini aku begitu banyak memberikan ekspektasi pada manusia sehingga merasa paling tersakiti, terzholimi padahal aku mengalami itu semua berkat ekspektasi aku sendiri.
Sejatinya memaafkan itu menerima dengan lapang dada apapun ceritanya entah itu pahit dan asam, bukan tanda kita lemah tapi lebih ketidak menanamkan hal negatif ke dalam diri kita.
Karena kalau kita masih dendam, marah akan menguras energi sendiri dan juga akan membuat fokus kita terganggu.
"coba pelan pelan maafin, ga harus terburu buru dan minta ketenangan di hati agar kita selalu mengutamakan ridho Allah bukan manusia."
Ya mungkin kita berkali kali dihianati teman sendiri, difitnah, diadu domba, dijelekan, direndahkan dan bahkan tidak dihargai, padahal tanpa ini semua aku tidak akan mampu memotivasi orang, tangguh dan tetap tesenyum seperti sekarang.
Kadang aku juga sama kayak teman teman semua pernah bertanya "why me Tuhan", tapi lagi lagi aku cepat menyadarkan diri kalau Tuhan itu memberikan itu semua karena kita kuat dan pasti ada hikmanya.
Dan hal membuatku bersyukur lagi adalah saat aku lagi terpuruk Tuhan itu selalu menggerakan orang lain untuk curhat, butuh motivasi dariku padahal kalau aku fikir2 "masalah aku banyak, lagi terpuruk ngapain harus dengarin curhat masalah hidup orang lain."
Tapi, tidak semua kehendak Tuhan itu kita gunakan logika kadang perlu gunakan hati yang lapang menerima itu semua, dan terus yakin kalau Allah tidak pernah salah memberikan takdir pada hambanya.
Kalau mau curhat boleh banget DM kak Eka @ekasatriani.id
Komentar